IIQ Jakarta Jadi Pionir Pengabdian Masyarakat di Sekolah Mualaf Thailand, Perkenalkan Metode Abjadi
Chiang Rai, 16 Desember 2024 – Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta berhasil mencatatkan sejarah baru dalam upaya dakwah dan pendidikan Islam internasional. Tim pengabdian masyarakat (PKM) IIQ rupanya menjadi lembaga pertama dari luar negeri yang melaksanakan program pengabdian di Civilize Pittaya School, sebuah sekolah berasrama khusus untuk pelajar mualaf di Chiang Rai, Thailand. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Paishan Toryib, penasehat Yayasan Civillize Pittaya School.
“IIQ Jakarta adalah intitusi dari luar negeri pertama yang mengadakan pengabdian di yayasan ini. Hal ini akan menjadi catatan yang akan diabadikan dalam sejarah dan profil Yayasan” ujar pak Paishan
Program PKM yang telah berlangsung beberapa waktu ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi para siswa. Materi-materi keagamaan, seperti metode pembelajaran Al-Qur’an, shalawat, dan pemahaman dasar Islam, disampaikan dengan metode yang menarik dan mudah dipahami oleh para siswa yang mayoritas masih berusia muda. Antusiasme mereka sangat tinggi, terbukti dari ingatan mereka yang kuat terhadap materi yang telah diajarkan.
“Pembelajaran dilanjutkan dengan Metode Abjadi jilid dua. Para mahasiswa terlihat sangat antusias. Materi yang diajarkan mereka ingat dengan baik. Disela-sela pembelajaran, siswa melantunkan sholawat Thibbil Qulub dan shifat 20” ujar bapak Abdul Rosyid dalam laporannya.
Sebelumnya, Tim PKM Internasional IIQ Jakarta telah memperkenalkan Metode Abjadi dalam pembelajaran Al-Quran untuk pemula. Metode ini dimulai dengan pengenalan huruf hijaiyah secara asmaul huruf, diikuti pengucapan harakat, panjang bacaan, dan pertemuan kata. Keunikan metode ini terletak pada urutan tartib Abjadi, di mana semua akhir kata berupa tanwin atau huruf mad. Setelah uji coba selama dua tahun di PAUD Labschool IIQ Cinangka, metode ini diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat.
Berdasarkan hasil pretes, PKM Internasional memutuskan untuk memulai pembelajaran dengan Metode Abjadi jilid satu. Target pembelajaran adalah agar semua siswa dapat mengucapkan huruf hijaiyah dengan tepat. Ketika pengucapan huruf sudah benar, pembelajaran tahap selanjutnya akan lebih mudah.
“Para siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias karena menemukan hal baru. Sebagian besar siswa sudah mengenal huruf hijaiyah, tetapi dengan urutan alfabet dan pengucapannya masih dipengaruhi oleh dialek bahasa ibu mereka. Dengan metode Abjadi, mereka menemukan cara baru dan pengucapannya diperbaiki sesuai standar Al-Quran. Para guru pendamping juga antusias dan berharap metode ini dilanjutkan. Pembelajaran dilanjutkan di luar kelas dengan melantunkan shalawat Thibbil-Qulub dan Shifat 20, Wujud Qidam Baqa” tutur Ustad Rosyid
Lebih lanjut, bapak Rosyid bercerita bahwa para siswa Civilize Pittaya School adalah siswa yang cerdas dan memiliki latar belakang yang unik. Mereka berasal dari berbagai suku di Thailand, banyak di antaranya berasal dari daerah pedalaman dengan kondisi ekonomi yang kurang baik.
Pak Paishan Toryib, penasehat Yayasan Civilize Pittaya School, mengungkapkan kekagumannya atas dedikasi para siswa dalam mempelajari Islam. Meskipun berbeda agama dengan orang tua, mereka tetap teguh pada prinsip-prinsip Islam.
“Bapak dan Ibu beruntung lahir di komunitas muslim terbesar di dunia. Sedangkan mereka, anak-anak kami di sini, ber-Islam harus berbeda agama dengan kedua orang tuanya,” ujar Pak Paishan.
Beliau juga menceritakan kisah inspiratif salah satu siswa yang menolak terlibat dalam perayaan non-Islam bersama keluarganya. Keteguhan hatinya ini justru membuat orang tuanya terkesan dan akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam.
“Pernah ada satu kejadian, seorang siswa pada masa liburan, di rumah disambut perayaan sesuai tradisi keluarga. Berpestalah mereka dengan berbagai jenis miras. Sang anak yang telah belajar hukum Islam enggan melayani orang tuanya dalam menyiapkan miras. Orang tuanya marah kerena si anak dianggap durhaka kepada orang tua. Sang anak bergeming tetap pada prinsipnya. Melihat keteguhan sang anak, kedua orang tuanya justru berbalik kagum dan memutuskan memeluk Islam.” Lanjut beliau bercerita.
Keberhasilan program PKM IIQ Jakarta ini telah membuka mata banyak pihak akan pentingnya pendidikan agama bagi para mualaf. Pak Paishan berharap program ini dapat terus berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama.
“Saya harap, IIQ Jakarta melanjutkan PKM ini, bukan hanya satu bulan, minimal 3 bulan, kalau bisa 6 bulan. Kami memerlukan ilmu-ilmu dari IIQ. Kasihan mereka, anak-anak yang masih putih dan bersih ini.
“Semoga apa yang kita lakukan ini bisa meringankan pertanyaan di akhirat nanti, tidak malu saat bertemu dengan Rasulullah dan telah berupaya melanjutkan misi beliau sebagai rahmatan lil alamin.” Tutup Pak Paishan sambil berkaca-kaca.