Sayaka: Perjalanan Hati dari Negeri Sakura ke IIQ Jakarta
“Terus semangat, ingat alasanmu memulai, dan tujuannya. Insya Allah, semua usaha akan membuahkan hasil.”
Itulah pesan singkat penuh makna dari Sayaka, seorang mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta semester 4 asal Jepang yang memilih menempuh pendidikan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Perjalanannya dari Negeri Sakura ke Indonesia bukan sekadar mencari ilmu, tapi juga tentang menemukan kedamaian dalam identitasnya sebagai Muslimah di tengah minoritas.
Lahir di Tokyo dan besar di Chiba, Sayaka sudah mengenal Islam sejak kecil berkat didikan sang ibu yang berasal dari Indonesia. Namun, tumbuh sebagai Muslimah di Jepang, dengan populasi muslim kurang dari 1%, tentu tidak mudah. “Di Jepang, makanan halal sulit ditemukan, masjid jarang, dan diskusi tentang Islam pun sangat terbatas,” ujarnya.
Ketertarikannya pada Indonesia bermula dari kenyamanan yang ia temukan di negeri dengan mayoritas muslim, masjid di setiap sudut, dan komunitas yang ramah. Ditambah, rekomendasi dari guru agamanya di SMA tentang IIQ Jakarta akhirnya membawanya ke kampus ini. “Saya ingin mendalami Islam lebih serius, dan IIQ adalah pilihan terbaik,” tuturnya.
Meski sudah sering mengunjungi Indonesia sebelumnya, menjalani perkuliahan di IIQ memberi tantangan baru bagi Sayaka, utamanya dalam bahasa akademik. “Bahasa Indonesia sehari-hari bisa saya pahami, tapi materi kuliah awalnya sangat sulit,” akunya. Namun, ia bersyukur bahwa dosen sangat baik dan memahami posisinya yang belum bisa bicara bahasa Indonesia dengan lancar, begitu pula teman-teman yang membantu mengajarkan ketika ia kesulitan memahami bahasa. Menurutnya, semua itu sangat berarti. “Bersyukur” mungkin adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan segala kemudahan dari Allah yang ia rasakan selama proses menuntut ilmu Al-Qur’an ini.
Lingkungan IIQ pun menjadi salah satu hal yang ia syukuri. “Dosen-dosennya ramah, teman-teman sangat friendly. Saya merasa diterima dengan baik.” Bahkan, ia mengaku tidak mengalami culture shock berat selama di sini. Tapi bagian paling berkesan adalah kedekatannya dengan Al-Qur’an. “Sebelum masuk IIQ, banyak hal tentang Al-Qur’an yang belum saya pahami. Sekarang, saya merasa lebih dekat dengannya.” Ujarnya.
Setelah lulus, Sayaka bercita-cita menjadi penyambung ilmu bagi muslim Jepang. “Saya ingin berbagi pengetahuan tentang Islam di sana, karena aksesnya masih sangat terbatas.” Baginya, perjalanan di IIQ bukan hanya tentang gelar, tapi juga perjalanan untuk memahami hidup, memperkuat keimanan dan mempersiapkan diri agar dapat berkontribusi dalam menyebarkan nilai-nilai Islami di masyarakat. Jika harus menggambarkan perjalanannya dalam satu kata, mungkin “ikhlas” adalah kata terbaik untuk menggambarkan segala perjuangannya selama ini. Karena semua ia lakukan dengan hati, untuk ilmu, agama, dan masa depan yang lebih bermakna. Sayaka berpesan, “Ingatlah alasan awal kalian memulai. Tujuan itu akan memberi kekuatan untuk terus maju.”
(Sumber : LPM IIQ)