Jejak Panjang Prof. Ibrahim Hosen: Warisan Intelektual yang Terus Hidup di Tengah Zaman

Jakarta, 11 November 2025 — Aula Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta sore itu dipenuhi suasana haru dan semangat intelektual. Para ulama, akademisi, dan mahasiswa berkumpul mengenang sosok Prof. KH. Ibrahim Hosen, ulama pembaru yang dikenal berani berpikir maju namun tetap berakar pada nilai-nilai Islam.

Acara Memorial Conference ke-24 tahun wafatnya almarhum, yang juga disertai peluncuran buku “Fikih, Fatwa, dan Ijtihad”, menjadi ruang refleksi untuk mengenang gagasan-gagasannya tentang moderasi dan pembaruan hukum Islam.

Dalam sambutannya, Menteri Agama, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, menyebut Prof. Ibrahim Hosen sebagai sosok yang istimewa: seorang fakih, ahli fatwa, mujtahid, dan pembaharu pemikiran Islam. Beliau menilai almarhum memiliki keberanian untuk menafsirkan ajaran Islam secara kontekstual, tanpa kehilangan keaslian dan ruh syariat.

“Pemikiran beliau menegaskan bahwa fikih bukan teks beku, tetapi panduan hidup yang selalu bergerak menjawab tantangan zamannya,” ujar Menag.

Bagi Prof Nasaruddin Umar, warisan pemikiran seperti itu sangat penting untuk dijaga di tengah arus zaman yang cepat berubah. Beliau mengajak generasi muda Islam untuk terus berijtihad, bukan hanya meniru masa lalu, tetapi menafsirkan realitas baru dengan semangat ilmiah dan nilai-nilai Al-Qur’an.

Prof. Ibrahim Hosen dikenal sebagai pendiri Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, lembaga yang kini menjadi rumah bagi ribuan mahasiswa dan cendekiawan muda. Pemikirannya tentang fikih yang dinamis dan moderat telah menjadi rujukan penting bagi pengadilan agama maupun Majelis Ulama Indonesia.

Tak hanya lewat karya tulis, keteladanan almarhum juga hidup lewat murid-muridnya. Beliau mengajarkan bahwa keberanian berpikir tidak boleh lepas dari keikhlasan mengabdi kepada umat.

Beliau menunjukkan bahwa pembaruan hukum Islam bukan berarti meninggalkan tradisi, tetapi menghidupkan kembali semangat ijtihad agar Islam tetap relevan dengan kehidupan modern,” ujar Prof. Nadratuzaman Hosen, Ketua Yayasan Ibrahim Husein Institute.

Acara memorial ini dihadiri banyak tokoh, di antaranya Rektor IIQ Jakarta Associate Prof. Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, mantan Menteri Agama Dr. KH. Lukman Hakim Saifuddin, Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah, Dr. Jazil Fawaid, Dr. Hj. Mursyidah Tahir, dan Dr. Hj. Romlah Widayati, MA.

Suasana akademik terasa hangat. Para peserta berbagi pandangan, mengenang kisah pribadi bersama almarhum, dan mendiskusikan kembali gagasan-gagasannya tentang fikih, fatwa, dan ijtihad.

Menutup sambutannya, Menteri Agama mengingatkan bahwa kegiatan seperti ini bukan sekadar mengenang, tetapi juga melanjutkan api semangat yang pernah dinyalakan Prof. Ibrahim Hosen.

Konferensi ditutup dengan peluncuran buku “Fikih, Fatwa, dan Ijtihad”, kumpulan tulisan dan fatwa Prof. Ibrahim Husein yang disusun dari berbagai sumber, mulai dari mimbar ulama hingga makalah ilmiah.