Prodi IAT IIQ Jakarta Gelar Seminar Internasional Tentang Pembelajaran Ilmu Qira’at di Era Teknologi

Ciputat, 18 Februari 2025 – Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta kembali menghadirkan diskusi ilmiah bertaraf internasional. Pada Selasa, 18 Februari 2025, pukul 13.30 WIB, Prodi IAT menyelenggarakan Seminar Internasional bertajuk “Pembelajaran Ilmu Qira’at di Mesir di Era Teknologi: Metode, Tantangan, dan Solusinya”. Acara ini berlangsung di Aula Kampus IIQ Ciputat dan menghadirkan narasumber terkemuka di bidangnya.

Sebagai pembicara utama, hadir Syaikh Dr. Mohamed El-Desouki Amin Mohamed Khalila, Direktur Yayasan Kahila untuk Studi Al-Quran di Kairo. Beliau merupakan seorang pakar qira’at yang memiliki pengalaman luas dalam pengajaran Al-Qur’an di Mesir. Karya-karyanya yang berjumlah banyak telah menjadi rujukan bagi para peneliti dan pecinta ilmu Al-Qur’an di berbagai belahan dunia.

Beliau membahas berbagai aspek terkait perkembangan pembelajaran qira’at di era digital, tantangan yang dihadapi oleh para pengajar dan pelajar, serta solusi yang dapat diterapkan dalam menghadapi perubahan zaman dan hal-hal penting yang perlu diperhatikan. Seminar ini dimoderatori oleh Mabda Dzikara, M.A., dosen tetap Prodi IAT IIQ Jakarta yang juga memiliki kepakaran dalam bidang studi Al-Qur’an.

Dalam sambutannya, Rektor IIQ Jakarta, Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, S.H., M.Hum., mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya seminar ini. Rektor menekankan bahwa acara ini sangat penting karena membahas topik yang sangat relevan tentang Pengajaran Ilmu Qira’at di Mesir di Era Teknologi. Tema ini dipilih sebagai respons terhadap perkembangan teknologi yang turut mempengaruhi metode pembelajaran ilmu qira’at.

“Topik ini menyoroti tantangan yang kita hadapi dalam mengintegrasikan pengajaran Qira’at dengan kemajuan teknologi yang pesat. Merupakan suatu kehormatan bagi kami menghadirkan Syaikh Dr. Mohamed El-Desouki Amin Mohamed Khalila sebagai pembicara utama. Pengetahuan dan keahliannya yang luas di bidang ini akan memperkaya pemahaman kita,” ujarnya.

Lebih lanjut, Rektor menjelaskan bahwa seminar ini akan bermanfaat untuk mempromosikan Al-Qur’an lebih lanjut. Rektor juga berharap seminar ini dapat memberikan wawasan berharga, membangun kerja sama yang produktif, serta menghasilkan rekomendasi konkret yang akan berdampak positif bagi pendidikan Islam, khususnya dalam bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Pada kesempatan ini, Rektor juga tentu menyampaikan sejarah singkat IIQ Jakarta sebagai lembaga yang telah berdedikasi dalam mencetak para cendekiawan Al-Qur’an. Seminar ini diharapkan menjadi inspirasi bagi akademisi dalam mengembangkan metode pembelajaran Qira’at yang adaptif terhadap perkembangan teknologi.

Dalam kuliahnya, Syaikh Mohamed Kahila menjelaskan berbagai aspek penting dalam ilmu Al-Qur’an, khususnya terkait aturan-aturan bacaan, pentingnya suara dalam melantunkan ayat suci, serta urgensi belajar langsung dari seorang guru atau syekh. Beliau menekankan bahwa penguasaan ilmu tajwid dan pemahaman mendalam terhadap perbedaan lafadz dalam Al-Qur’an sangatlah penting karena setiap variasi memiliki makna tersendiri yang mendalam.

Dalam pemaparannya, Syaikh Dr. Mohamed El-Desouki menekankan bahwa memahami ilmu qira’at tidak bisa terlepas dari penguasaan tujuh ilmu pendukung, yaitu ilmu tajwid, ilmu rasm, ilmu waqaf, ilmu taujihul qira’at, ilmu dabt, ilmu ibtida’ wa takbir. “Ini yang harus dipahami sebelum masuk ke dalam ilmu Qira’at,” tegas beliau.

Lebih lanjut, beliau juga menekankan pentingnya memahami pemaknaan dan penempatan waqaf dalam membaca Al-Qur’an. “Kita ini takhassus di bidang Al-Qur’an, maka harus memikirkan pemaknaan dan penempatan waqafnya,” ujar beliau dalam seminar tersebut.

Mengenai metode pembelajaran di era modern, Syaikh Dr. Mohamed El-Desouki menegaskan bahwa teknologi dapat menjadi washilah (sarana) yang mempermudah penyebaran ilmu. Namun, dalam tradisi riwayah, proses pembelajaran tetap harus dilakukan melalui talaqqi langsung dengan para masyayikh untuk memastikan keabsahan sanad dan kesinambungan keilmuan. “Ilmu riwayah harus didapatkan dengan cara talaqqi bersama para masyayikh,” ujarnya.

Beliau juga mengingatkan bahwa meskipun teknologi seperti Zoom dapat digunakan dalam pembelajaran ilmu qira’at, tetap ada batasan yang harus diperhatikan. Dalam tradisi riwayah, pembelajaran tetap harus berlangsung secara langsung, agar sanad talaqqinya tetap tersambung dan sempurna. “Jangan sampai ada kapitalisasi dalam hal periwayatan atau ada kepalsuan. Al-Qur’an harus diambil dengan musyafahah, harus bertemu langsung dengan masyayikh,” tegasnya.

Di akhir seminar, beliau menekankan bahwa sanad merupakan jaminan keabsahan pembacaan Al-Qur’an yang benar. Oleh karena itu, bagi para pelajar qira’at, penting untuk duduk, bertalaqqi, dan bermusyafahah dengan guru atau syaikh yang memiliki sanad yang jelas dan terpercaya.

Seminar ini mendapatkan antusiasme tinggi dari para peserta yang hadir, baik mahasiswa maupun dosen. Diharapkan, kegiatan akademik seperti ini dapat terus diselenggarakan guna memperkuat pemahaman ilmu Al-Qur’an, khususnya dalam bidang qira’at, di era digital saat ini.

Acara ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi para mahasiswa, akademisi, serta praktisi pendidikan Islam mengenai perkembangan ilmu qira’at di era modern. Dengan pesatnya kemajuan teknologi, metode pembelajaran qira’at juga mengalami transformasi yang signifikan. Seminar ini menjadi ajang penting untuk mendiskusikan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran qira’at tanpa mengurangi kualitas dan esensi keilmuan yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Acara ini juga ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) sebagai langkah konkret dalam mempererat kerja sama antara IIQ Jakarta dan institusi yang diwakili oleh Syaikh Mohamed Kahila. (FP)