Mahasiswa IIQ Jakarta Ikuti Pelatihan Menulis Bersama Kalis Mardiasih di Islamic Book Fair 2025

Minggu, 22 Juni 2025, mahasiswa Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta telah mengikuti kegiatan pelatihan kepenulisan yang diselenggarakan oleh Majelis Hukama Al-Muslimin (MHM) Indonesia di event Islamic Book Fair (IBF) yang rutin diadakan setiap tahunnya. Majelis Hukama Al-Muslimin (MHM) Indonesia merupakan lembaga yang beranggotakan sejumlah ulama, pakar, dan tokoh muslim dari berbagai negara yang bertujuan untuk mengukuhkan kehidupan masyarakat muslim yang damai, menekan konflik, pergolakan, dan peperangan yang terjadi di negara berpenduduk muslim, serta menjauhkan muslim dunia dari perpecahan.

Kegiatan ini berlangsung mulai pukul 10.00 yang dipandu oleh Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam, Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta, Qurrota A’yuni, Lc., S.Sos., M.A. dan diisi oleh seorang penulis dan aktivis terkenal, Kalis Mardiasih. Bertemakan “Human Fraternity in The Digital Era”, kegiatan ini mengulas pembahasan mengenai bagaimana cara menghidupkan ukhuwah insaniyah melalui tulisan di media sosial.

Selama pemaparan materi, narasumber menekankan untuk kita terus mencoba menulis. Ia juga mengungkapkan bahwa kita bisa melihat berbagai fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar kita. Namun ia juga menekankan, sebagai seorang penulis perlu membuat tulisan yang humanis dan berdaya, tulisan yang mampu mengajak orang lain untuk berpikir bukan memaksakan kehendak, tulisan yang mampu menghargai pengalaman orang lain, serta tulisan yang bukan hanya berbentuk opini tetapi harus menerapkan empati yang tinggi.

Salah satu mahasiswa Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta semester VI, Unisah, juga menanyakan perihal pengalaman menulis dari narasumber, serta tulisan seperti apa yang paling diminati di era digital saat ini. Dengan tegas narasumber mengatakan bahwa setiap tulisan tentu memiliki sasarannya masing-masing. “penulis hanya butuh untuk jadi otentik.” ungkapnya.

Ia juga membagikan tips ketika menulis, yang diperhatikan bukan hanya tulisan untuk diri sendiri saja, akan tetapi lupa dengan kondisi pembaca. Hal tersebut ia sampaikan, karena masih banyak dari penulis yang hanya memikirkan secara alur dan menurut kepuasan diri sendiri, sehingga lupa akan eksistensi dan berujung tidak mempertimbangkan pembaca.

Sebagai penutup, moderator juga menyampaikan bahwa sebagai seorang penulis “jangan sampai berhenti untuk membaca, karena dengan membaca, kamu bisa menulis” tuturnya. Sebab, menulis merupakan bentuk pengaruh yang akan memberikan perubahan signifikan terhadap sebuah kondisi. Menulis di sosial media, artinya mermbentuk opini publik secara nyata. Mengutip dari narasumber, Kalis Mardiasih, bahwasanya “siapa yang menulis, dia yang membentuk wacana”

Anisa Aulia memberikan kesan bahwa seminar yang diadakan Majlis Hukama Indonesia dengan kak Kalis sebagai pemateri memberikan insight baru tentang isu perdamaian. Materinya ringan, dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang terpenting seminar ini cocok menjadi ruang diskusi yang berdampak bagi para perempuan khususnya.

“Acara seminar ini benar‑ benar bikin saya terkesan dengan penyampaiannya informatif, santai, dan nyambung banget sama kita, apalagi yang Gen Z. Contohnya juga relate sama kehidupan sehari‑ hari kita. Suasanya dibuat nyaman dan seru dan gak kaku sama sekali. Dari seminar ini saya jadi paham kenapa menulis itu penting?karena dengan menulis, kita bisa menghindari membusuknya otak kita. Jadi, kita perlu banget membiasakan diri mencurahkan isi pikiran lewat tulisan. Dan percaya deh, kalau tulisan seseorang baik, berarti cara berpikirnya juga baik. Singkatnya seminar ini nggak cuma bikin kita makin paham soal pentingnya menulis, tapi juga disertai tips-tips dalam penulisannya juga”. Timpal Aisyah Humaira salah satu peserta seminar.