Halal Bi Halal Keluarga Besar IIQ: Meneguhkan Cinta pada Kampus Tercinta

JAKARTA – Sabtu 08/09/2012, Keluarga besar Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta menyelenggarakan Halal Bi Halal di kampus. Hadir dalam acara ini, para pimpinan IIQ, para karyawan dan dosen dan juga para alumni yang tergabung dalam ISAI (Ikatan Sarjana Alumni IIQ). Menurut Ummi Khusnul, pembantu rektor III, Halal Bi Halal ini diselenggarakan, selain untuk tujuan silaturahmi juga sebagai upaya bersama untuk memusyarahkan persoalan-persoalan IIQ sekarang ini, demi keberlangsungan dan kemajuan di masa yang akan datang.

Dalam sambutannya, Ahsin Sakho Muhammad, selaku rektor, menyatakan bahwa ISAI memiliki banyak peran yang bisa dimainkan untuk mendukung keberlangsungan dan kemajuan IIQ sekarang dan di masa yang akan datang. Dalam hal ini, para alumni adalah agen-agen sosialisasi IIQ yang efektif di masyarakat, baik di tingkat nasional, maupun internasional. ISAI juga bisa memberi kontribusi masukan pemikiran dan memberi solusi-solusi bagi persoalan-persoalan yang dihadapi IIQ.

“Enam bulan belakangan pimpinan IIQ memfokuskan diri menghadapi persoalan yang kita tahu bersama. Di mana ketika kita mencoba membangun satu lokasi gedung kampus, ada pihak-pihak yang mempersoalkannya. Dan setelah melalui proses mediasi beberapa kali, pembangunan tersebut dizinkan oleh Menteri Agama RI”, kata Ahsin.

Lebih jauh ia mengatakan bahwa memang pembangunan gedung IIQ boleh dilanjutkan, tetapi untuk jangka panjang juga perlu dipikirkan. Karena meski pembangunan diizinkan menteri agama RI, tetapi IIQ tetap diminta pindah lokasi. Dalam hal ini kementerian agama pernah memberi dua opsi, apakah IIQ di negerikan ataukah IIQ tetap swasta, tetapi pindah lokasi. Dan kementerian agama menjanjikan akan membantu untuk mencarikan lahan dan membangunkan gedung baru.

Prakata dari rektor IIQ ini kemudian memancing diskusi yang hangat dari para peserta. Sebagian peserta menyatakan keberatannya jika IIQ dinegerikan, karena akan menghilangkan ruh kealquranan yang selama ini menghantarkann nama besar IIQ. “Karena bagaimanapun, meskipun disokong pendanaanya oleh pemerintah, jika dinegerikan, maka sedikit banyak pemerintah akan intervensi, baik dalam soal kepemimpinan, visi misi dan kurikulum. Karena itu saya secara pribadi, memilih untuk tidak dinegerikan”, kata seorang peserta dengan tegas.

Sebagian peserta lain menyatakan berbagai pertimbangan-pertimbangan argumentatifnya. “Tidak semua yang dinegerikan lalu menjadi semakin buruk. MTQ dahulu hanya dikelola Jam’iyyah  al-Qurra wa al-Huffazh (JQH) NU, lalu diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah. Dan sekarang semakin baik. Jadi tidak semua yang dinegerikan lalu jadi buruk”, tegas Mursyidah Taher, yang menjadi salah satu peserta acara. Lebih jauh ia menyatakan bahwa sebenarnya tidak penting IIQ itu dinegerikan atau tidak, yang lebih penting adalah yang mengelolanya serius berkomitmen untuk berkorban dan mengembangkan IIQ. Tentu saja dibarengi dengan kapasitas keilmuan yang memadai.

Peserta lain, menyatakan bahwa dirinya sepakat jika IIQ dinegerikan. Menurutnya dengan menjadi kampus negeri, IIQ bisa menjadi lebih besar, asal tetap bukan merupakan kepanjangan perguruan tinggi negeri lainnya, melainkan menjadi diri sendiri seperti sedia kala dengan segala kekhasannya.

Ada juga peserta yang tidak hanya terjebak pada pro kontra, IIQ di negerikan atau tidak, tetapi dengan menawarkan solusi kreatif. Misalnya saja dengan cara menggalang dana dari seluruh civitas akademika, pimpinan-pimpinan, dosen-dosen, karyawan-karyawan dan para alumni dan seluruh orang yang simpati dengan IIQ, minimal perorang 2,5 %. Bisa dibayangkan, bila ini terlaksana, IIQ tidak akan takut lagi ke depan. “Karena dengan memiliki dana yang kuat, kita akan bebas menentukan nasib kita sendiri, tidak harus tergantung pada pemerintah atau pihak-pihak lain”, katanya mengusulkan.

 

Demikian serunya diskusi berjalan. Ini menandakan kecintaan mereka pada IIQ kampus tercinta. Di akhir acara panitia meminta agar segala usulan peserta ditulis dan diemail ke panitia, agar bisa disusun secara lebih konseptual. Semoga pertemuan ini tidak sia-sia dan membawa berkah bagi kampus al-Qur’an untuk perempuan satu-satunya di negeri ini. Amin (AM)