Haul Ke-24 Prof. KH. Ibrahim Hosen dan Doa Bersama Sambut Ramadhan
Ciputat, 22 Februari 2025 – Dalam rangka memperingati Haul Ke-24 Almaghfurlah Prof. KH. Ibrahim Hosen, LML, serta menyambut bulan suci Ramadhan, keluarga besar 3 Poyang, para dosen, tenaga kependidikan, alumni IIQ PTIQ angkatan satu dan dua, serta DEMA Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta berkumpul di Masjid Al-Husainy, Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Acara yang digelar pada Sabtu pagi ini menjadi momentum refleksi akan keteladanan dan warisan intelektual almaghfurlah Prof KH Ibrahim Hosen.
Acara diawali dengan khataman Al Qur’an oleh para mahasiswa IIQ, pembacaan doa khotmil Qur’an oleh Ibu Dr. Hj. Istiqomah ketua LTTQ IIQ dan dilanjutkan dengan pembacaan Ratibul haddad yang dipimpin Ibu Dr. Hj. Muthmainnah Warek III IIQ Jakarta dan doa bersama. Acara kemudian dilanjutkan dengan testimoni dari berbagai tokoh yang mengenang sosok almarhum sebagai seorang ulama besar, pejuang pendidikan, dan konseptor hukum Islam di Indonesia.
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA, dalam testimoninya, menggambarkan Prof. KH. Ibrahim Hosen sebagai seorang waliyullah yang memiliki dua jenis karomah, yaitu karomah maknawiyah dan karomah hissiyah. Karomah maknawiyah terlihat dari pemikiran beliau yang cemerlang dan jauh ke depan, sedangkan karomah hissiyah dapat dibuktikan melalui warisan akademik dan lembaga yang beliau dirikan, seperti PTIQ dan IIQ Jakarta.
“Beliau memiliki ilmu yang mumpuni, waro’, zuhud, dan senantiasa bertakwa kepada Allah di manapun berada. Ketaqwaannya tidak hanya dalam lingkungan akademik seperti di IIQ, MUI, atau kantor, tetapi bahkan dalam kesehariannya, termasuk ketika beliau sedang dalam perjalanan. IIQ dan PTIQ adalah hasil istikharah dan perjuangan beliau yang kini berkembang luar biasa,” ujar KH. Ahmad Munif Suratmaputra.
Testimoni berikutnya disampaikan oleh Ibu Dr. Hj. Maria Ulfa, MA. Beliau mengenang pesan penting dari Prof. KH. Ibrahim Hosen terkait keberlanjutan IIQ Jakarta.
“Saya selalu ingat pesan beliau, jangan sampai saya mati, lalu IIQ juga ikut mati. IIQ adalah tanaman yang beliau dirikan sejak tahun 1977 khusus untuk perempuan, agar mereka bisa menjadi pembina, dosen, dan ulama perempuan yang berkontribusi bagi umat,” ungkapnya.
Beliau juga menuturkan bagaimana Prof. KH. Ibrahim Hosen sangat memperhatikan aspek spiritual dan akademik mahasiswi IIQ, termasuk dalam pengamalan wirid-wirid seperti Ratib Al-Haddad dan Sholawat Burdah. Selain itu, beliau juga memiliki perhatian khusus terhadap perempuan agar memiliki kepribadian yang baik, tidak hanya dalam aspek intelektual tetapi juga dalam kehidupan rumah tangga.
“Beliau menekankan bahwa perempuan harus cakap dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari memasak, menjahit, hingga memiliki tampilan yang baik di hadapan suami.” tambahnya.
Selain itu, Prof. KH. Ibrahim Hosen juga memiliki visi yang luar biasa dalam bidang seni. Keinginannya agar mahasiswa IIQ mampu memainkan alat musik akhirnya mulai terwujud, dengan adanya orkestra yang kini berkembang di lingkungan IIQ.
Melalui zoom meeting, Bapak Dr. H. Jazilul Fawaid, SQ, MA, memberikan testimoni mengenai sosok Prof. KH. Ibrahim Hosen. Beliau menegaskan bahwa Prof. Ibrahim Hosen adalah intelektual hukum Islam yang memiliki kontribusi besar bagi Indonesia, terutama dalam membangun pemikiran fiqh modern. Prof. KH. Ibrahim Hosen dikenal memiliki cara pandang fiqh yang modern dan praksis. Pemikirannya yang membedakan antara syariah dan fiqh memungkinkan Islam tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa mengubah esensi hukum Islam itu sendiri.
Selain sebagai cendekiawan hukum Islam, Prof. KH. Ibrahim Hosen juga dikenal sebagai pejuang hak-hak perempuan. Beliau adalah sosok yang sangat peduli terhadap pendidikan perempuan Muslim di Indonesia, yang salah satu wujud nyatanya adalah pendirian IIQ Jakarta. Menurut bapak Dr. Jazilul Fawaid, Prof. Ibrahim Hosen berperan penting dalam membuka kesempatan bagi perempuan untuk berkiprah lebih luas di masyarakat tanpa melupakan peran domestiknya. Lebih lanjut, Prof. KH. Ibrahim Hosen juga memiliki perhatian besar terhadap dinamika pemerintahan dan politik di Indonesia. Sebagai tokoh di Majelis Ulama Indonesia (MUI), beliau turut memberikan kritik dan kontribusi terhadap kebijakan negara, meskipun dirinya bukan seorang politikus. Perhatiannya terhadap kebijakan hukum Islam dan perkembangan politik menunjukkan kepeduliannya terhadap kemajuan bangsa dan umat Islam di Indonesia.
Haul ini, kata Dr. Jazil, menjadi pengingat bagi generasi muda akan tiga fokus utama yang harus dijaga dan diteruskan dari perjuangan Prof. KH. Ibrahim Hosen, yaitu menjaga dan mengembangkan hukum Islam di Indonesia, memperjuangkan hak perempuan dalam dunia pendidikan dan sosial, serta tidak bersikap apatis terhadap politik dan pemerintahan demi kemajuan bangsa.
Sementara itu, Prof. Dr. KH. Abdul Wahab Abd Muhaimin, Lc., MA., juga turut menyampaikan testimoni mengenai keilmuan dan pemikiran Almaghfurlah Prof. KH. Ibrahim Hosen. Beliau mengutip pernyataan Almarhumah Prof. Dr. Huzaemah bahwa berbagai pendapat fiqh yang pernah dikemukakan oleh Prof. Ibrahim Hosen bukanlah kontroversi, melainkan merupakan bagian dari fiqh muqarrin (fiqh perbandingan). “Beliau selalu mengangkat berbagai persoalan ke permukaan agar kita bisa memilih mana pendapat yang paling kuat,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, beberapa tokoh lainnya juga turut memberikan testimoni yang menggugah semangat, di antaranya Bapak Dr. Musni Umar, seorang alumni pertama kampus PTIQ Jakarta. Beliau mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya pernah menjadi salah satu murid Prof. KH. Ibrahim Hosen. “Saya pertama kali hadir dalam haul ini, padahal hubungan saya dengan beliau sangat luar biasa. Sebagai mahasiswa angkatan pertama yang langsung dibina oleh beliau, saya merasakan betul bagaimana beliau bukan hanya seorang rektor, tetapi juga seorang pendidik sejati yang selalu membimbing kami dengan penuh kasih sayang,” ujar Dr. Musni Umar.
Beliau juga mengenang bagaimana Prof. KH. Ibrahim Hosen bukan hanya membangun PTIQ, tetapi juga berperan besar dalam pendidikan bagi perempuan. “Beliau tokoh pendidikan sejati. Banyak anak-anak ideologis beliau yang tersebar di berbagai sektor, termasuk saya. Saya selalu mendoakan beliau setiap kali saya sholat karena tanpa beliau dan para dosen di PTIQ, saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini,” tambahnya dengan penuh haru.
Sementara itu, Dr. Samsul Bahri Tanrere, Wakil Rektor II PTIQ Jakarta, juga menyampaikan kesan mendalamnya terhadap almarhum. Beliau menekankan betapa besar berkah, bantuan, dan ilmu yang telah diberikan Prof. KH. Ibrahim Hosen kepada para muridnya. “Harapan saya, ilmu-ilmu yang saya peroleh dari beliau dapat terus berkembang dan menjadi manfaat sepanjang hidup. Kompetensi intelektual, spiritual, dan emosional yang beliau ajarkan akan terus saya amalkan dalam kehidupan” ungkapnya.
Kemudian, putra beliau, Prof. Dr. Nadirsyah Hosen, menyampaikan testimoni yang menginspirasi melalui zoom. Beliau menekankan bahwa ayahandanya bukan hanya seorang ahli fiqih, tetapi juga seorang wali yang ilmunya sangat mendalam dan ibadahnya begitu kuat.
“Banyak yang menganggap wali itu hanya orang-orang yang memiliki karomah luar biasa. Padahal, dalam Islam, dunia ilmu jauh lebih bernilai daripada sekadar ritual. Abah adalah sosok yang mendalami ilmu fiqih dengan sangat serius, namun tetap teguh dalam ibadahnya,” ujar Prof. Nadirsyah.
Beliau juga mengutip berbagai riwayat yang menunjukkan keutamaan ahli ilmu dibandingkan dengan ahli ibadah. Salah satu hadis yang disampaikan menyebutkan bahwa seorang alim memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan seribu ahli ibadah, karena manfaatnya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk umat.
Selain menjadi seorang pakar fiqih, Prof. KH. Ibrahim Hosen juga dikenal sebagai sosok yang disiplin dalam ibadah dan memiliki perhatian besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Prof. Nadirsyah mengenang bagaimana ayahnya senantiasa membimbingnya sejak kecil, termasuk dengan doa-doa yang selalu dipanjatkan untuk anak-anaknya setiap waktu.
“Saya masih ingat, setiap menjelang azan Isya, Abah selalu memanggil saya dan memeluk saya dengan penuh kasih sayang. Waktu kecil saya tidak mengerti, tetapi setelah dewasa, saya menyadari betapa besar pengaruh doa-doa tersebut dalam hidup saya,” kenangnya.
Beliau juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara ilmu dan ibadah. “Tidak ada ibadah yang sempurna tanpa pemahaman fiqih yang benar. Maka, marilah kita terus belajar dan mengamalkan ilmu dengan sebaik-baiknya,” pesannya.
Prof. Dr. H.M. Nadratuzzaman Hosen, MS., MEc., Ph.D., yang mewakili keluarga besar almarhum, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh hadirin yang telah berpartisipasi dalam acara ini, baik secara langsung maupun melalui sumbangsih lainnya. Beliau juga mengapresiasi inisiatif mahasiswa dan alumni yang telah melakukan khataman Al-Qur’an 30 juz sebagai hadiah pahala bagi almarhum.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nadratuzzaman Hosen mengingatkan kembali beberapa nasihat penting yang selalu ditekankan oleh almarhum ayahandanya. Salah satunya adalah tentang manajemen waktu dan disiplin. Sejak usia 17 tahun, almarhum telah diberi jam tangan sebagai simbol pentingnya ketepatan waktu. “Orang sukses itu harus tepat waktu,” ujarnya. Selain itu, almarhum juga mengajarkan kesederhanaan dalam hidup, mengingatkan bahwa apa pun kondisi yang dihadapi, seseorang harus tetap bersyukur dan rendah hati. “ketika banyak uang biasa saja, ketika tidak punya uang ya biasa biasa juga, sehingga orang tidak tahu rahasia kita” tambah beliau.
Lebih lanjut, beliau menyoroti prinsip kepemimpinan yang dipegang teguh oleh almarhum, yang terinspirasi dari kisah Nabi Nuh dalam menjaga kedaulatan seorang ayah dalam memimpin. Prinsip ini menjadi pegangan kuat dalam keluarga yang almarhum bina.
Selain memberikan inspirasi melalui nasihat-nasihatnya, almarhum Prof. KH. Ibrahim Hosen juga dikenal sebagai sosok yang memiliki kepedulian besar terhadap perkembangan IIQ dan PTIQ Jakarta. Prof. Nadratuzzaman Hosen menegaskan bahwa kedua lembaga ini bukan sekadar milik keluarga, tetapi aset umat yang harus terus berkembang dan maju sebagai pusat pendidikan Islam dan Al-Quran.
Haul ini tidak hanya menjadi ajang mengenang keilmuan dan ketokohan Almarhum, tetapi juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi serta memperkokoh nilai-nilai keislaman menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Rangkaian acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Bapak Prof. Dr. KH. Abdul Wahab, MA memohon keberkahan bagi Almarhum dan bagi seluruh hadirin dalam menyambut bulan penuh ampunan ini.
Semoga amal ibadah dan perjuangan Prof. KH. Ibrahim Hosen mendapatkan balasan terbaik dari Allah SWT, dan semoga kita semua mampu meneruskan jejak perjuangan beliau demi kemajuan Islam dan pendidikan di Indonesia. Amin. (FP)