Haul Ibunda Hj. Zatiah Kadir, Halal bi Halal, dan Tasyakuran Milad IIQ ke-48

Tangerang Selatan, 20 April 2025 – Nuansa kekeluargaan menyelimuti Masjid Al-Husainy, Kampung Utan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, pada hari Minggu, 20 April 2025. Keluarga besar almarhum KH. Ibrahim Hosen, didukung oleh seluruh sivitas akademika Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, menggelar tiga agenda istimewa dalam satu waktu: Haul ke-8 Ibunda Hj. Zatiah Kadir, Halal bi Halal Idulfitri 1446 H, dan Tasyakuran Milad IIQ Jakarta ke-48.

Kegiatan ini sarat makna sebagai penghormatan terhadap sosok perempuan mulia, Ibunda Hj. Zatiah Kadir, yang wafat pada 21 Syawal 1438 H dan kini diperingati haul ke-8-nya. Acara ini terbuka bagi para dosen, tenaga kependidikan, instruktur tahfizh, alumni, serta seluruh keluarga besar IIQ Jakarta dan dilaksanakan mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.

Acara dimulai dengan khataman Al-Qur’an 30 juz oleh DEMA IIQ Jakarta, dilanjutkan doa Khotmil Qur’an oleh Ibu Dr. Hj. Mutmainnah, S.Th.I., M.A dan pembacaan Rattibul Haddad oleh Ibu Dr. Hj. Istiqomah, MA. Suasana khidmat kian terasa dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang disampaikan oleh ananda Nafisatul Millah dan shalawat bersama oleh Tim LSBM IIQ Jakarta.

Acara inti diisi dengan ceramah mau’idhoh hasanah oleh Ibu Dr. Hj. Sri Tuty Rahmawati, S.Ud., M.A., yang memberikan pesan-pesan tentang pentingnya menghargai jasa orang tua dan melanjutkan perjuangan mereka. Dalam ceramahnya, Bunda Tuty menekankan bahwa sebagai anak, kita takkan pernah bisa membalas kebaikan orang tua, namun bisa menunjukkan tanda bakti dengan doa, menjaga silaturrahim, dan meneruskan cita-cita mereka.

Beliau juga menyoroti pentingnya bersyukur atas keberadaan IIQ Jakarta. “Kalau mau ilmu Al-Qur’an, belajarlah di IIQ, tak akan habis. Saya bersyukur ada di IIQ. Ini sejarah dari Allah. Di IIQ, saya merasa banyak berkah,” ungkapnya penuh haru. Beliau mendorong mahasiswa untuk tidak menyerah meski menghadapi berbagai tantangan, karena keberadaan IIQ adalah anugerah yang harus dijaga dan dikembangkan.

Terkait Haul, Bunda Tuty menyampaikan bahwa memperingati wafatnya orang tua adalah bentuk kasih sayang yang terus mengalir, sebab di alam sana, orang tua sangat mengharapkan doa dari anak-anaknya. “Orang tua yang masih hidup kita rawat, dan yang telah wafat kita doakan.”

Beliau juga mengingatkan pentingnya halal bi halal sebagai ajang mencari ridha Allah SWT. “Jangan sampai kita duduk di majelis tapi lupa berdoa. Doa adalah perintah Allah,” ujarnya, merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an seperti QS Al-Baqarah ayat 183-186.

Dalam suasana milad IIQ ke-48, Bunda Tuty menyampaikan visi besar IIQ yang didirikan oleh Prof. KH. Ibrahim Hosen: mencetak ulama perempuan penghafal Al-Qur’an sehingga perempuan tidak lagi hanya berada di ranah kasur, sumur, dan dapur. Menurutnya, Kita harus jadi wanita berilmu dan mampu menyampaikan Al-Qur’an kepada generasi, seraya mengingatkan tentang tantangan era Gen Z yang penuh dengan gaya hidup instan, hedon dan digital.

Sementara itu, dalam sambutannya, Bapak Prof Nadratuzzaman Hosen menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh hadirin yang telah menyempatkan diri hadir, serta menyebut secara khusus beberapa tokoh penting dalam sejarah dan perjalanan IIQ Jakarta, seperti Prof. Abdul Wahab, Pak Fathoni, dan Pak Munif yang ia sebut sebagai “orang tua bagi IIQ Jakarta.” Beliau menegaskan bahwa keberadaan figur-figur seperti mereka sangat berarti sebagai sumber nasihat dan bimbingan. “Kalau kita punya orang tua yang masih hidup, kita butuh doa dan nasihatnya. Kalau orang tua sudah tidak ada, kita tetap butuh orang tua, para ulama yang terus menasihati dan menuntun kita,” ujarnya.

Beliau juga menekankan nilai penting dari silaturrahim sebagai cermin kasih sayang antar sesama, dan berharap pertemuan seperti ini bukan hanya terjadi tahun ini, tapi juga bisa berlanjut di tahun-tahun mendatang. Beliau mengingatkan bahwa haul ini adalah lanjutan dari haul Abah yang telah digelar sebelumnya di bulan Sya’ban, sementara haul Ibunda di bulan Syawal adalah bagian dari warisan cinta dan doa yang terus dijaga.

Bapak Nadra juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi menyukseskan acara ini, seraya menegaskan pentingnya menjaga tradisi mengundang keluarga. Dalam suasana penuh haru, Prof Nadra mengutip pesan dari sang Abah, bahwa setiap amal baik yang telah dilakukan beliau harus diteruskan oleh anak-anaknya.

Mengakhiri sambutannya, beliau mengingatkan pesan sang Abah agar hidup tidak dijalani secara individualistis. “Jangan kita hidup nafsi-nafsi, karena pada akhirnya kita akan dishalatkan. Jika ada 40 orang yang ikhlas menshalatkan kita, maka kita akan masuk surga. Selagi kita mampu, mari terus menjaga silaturrahim dan berkumpul—hingga di surga. Nabi sangat bahagia jika umatnya berbondong-bondong masuk surga,” tutur beliau.

Acara ini merupakan ajang kebersamaan dalam suasana halal bi halal dan tasyakuran, menandai 48 tahun kiprah IIQ Jakarta. Masjid Al-Husainy yang berlokasi di Jl. WR. Supratman No.60 RT.02 RW.04, Kampung Utan, Ciputat Timur, menjadi saksi dari rangkaian kegiatan ini. Acara ditutup dengan do’a yang disampaikan oleh bapak Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. (FP)