Kuliah Umum “Logical Fallacy dalam Komunikasi Publik; Tantangan Bagi Juru Dakwah di Era Informasi” Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) FUD IIQ Jakarta
Pada hari Kamis tanggal 31 Oktober 2024, prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta mengadakan kuliah umum dengan tema “Logical Fallacy dalam Komunikasi Publik: Tantangan Bagi Juru Dakwah di Era Informasi” kuliah umum ini menghadirkan ustadz Muhammad Nuruddin seorang penulis dan sekaligus pendakwah muda yang belakangan namanya cukup dikenal publik karena vocal menyuarakan ilmu-ilmu logika terhadap kesesatan berfikir atas nama agama yang banyak bertebaran di media online dan offline.
Kuliah umum ini tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) tetapi juga terbuka untuk umum. Kuliah umum ini memenuhi aula IIQ Jakarta karena antusiasme mahasiswa untuk mengikuti kuliah umum.
Acara ini dibuka langsung oleh Ibu Rektor IIQ Jakarta Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, Ibu Rektor menyambut baik tema yang diangkat oleh prodi KPI, karena tema ini sangat relevan mengingat banyaknya disinformasi yang berkembang di media sosial atas nama dakwah dan agama, karena itu menurutnya logical fallacy akan memberikan panduan dan tolok ukur mahasiswa dalam memilah dan memilih informasi yang beredar ditengah Masyarakat.
Selain ibu Rektor hadir juga Ibu Warek 1 Ibu Dr Hj Romlah Widayati, MA, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., MA, Ibu Kaprodi IAT Ibu Mamluatunnafisah dan segenap unsur dosen di lingkungan IIQ Jakarta. Adapun kuliah umum ini dimoderatori oleh Ibu Qurrota A’yun MA dosen tetap Prodi KPI IIQ Jakarta.
Ustadz Nuruddin memulai kuliah umumnya dengan bercerita bagaimana dahulu sebenarnya ia berniat untuk mengambil jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir karena sangat mengidolakan prof Quraish Shihab, tetapi ketika perkuliahan justru pada mata kuliah tersebut mendapatkan nilai maqbul, berbeda dengan mata kuliah logika dan filsafat justru kebalikannya yaitu selalu mendapatkan nilai terbaik bahkan pernah mendapat nilai 100 (A+).
Ustadz Nuruddin mengajak kepada mahasiswa untuk berfikir dengan berpijak kepada kaedah keilmuan yang benar. Beliau juga menyinggung bagaimana seorang pendakwah di dalam menyampaikan suatu ayat harus mengacu juga kepada ayat-ayat yang lain. Jangan sampai mengutip satu ayat tetapi tidak melihat ayat yang lain yang berhubungan dengan ayat tersebut. Missal seorang teroris yang mengutip ayat misalnya “bunuhnya orang kafir semunya…” ketika dia berhenti sampai di sini maka akan melahirkan kesalahpahaman.
Karena itu menurut beliau juru dakwah harus memahami dan perlu belajar ilmu Islam dengan metode pembelajaran yang tepat melalui lisan ulama yang terpercaya, kemudian perlu belajar ilmu logika dan akal yang sehat agar menjadi dai yang berguna dan sesuai kebutuhan. (MH).