Kuliah Umum Prodi PAI: Tantangan Sarjana Pendidikan Islam di Era Multi

Pada Selasa, 3 Juni 2025, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta berhasil menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Tantangan Sarjana Pendidikan Islam di Multi Era”. Acara ini dihadiri oleh berbagai civitas akademika IIQ, termasuk mahasiswa, dosen, serta tenaga pendidik lainnya, yang antusias mengikuti pemaparan dari narasumber utama.

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Guru Besar dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang juga merupakan pakar di bidang Pendidikan Islam, menjadi narasumber dalam acara tersebut. Dalam kuliah umumnya, Prof. Abdul Mujib membahas berbagai isu penting yang dihadapi oleh sarjana Pendidikan Islam di era globalisasi dan digitalisasi. Materi yang disampaikan mencakup tantangan dalam menghadapi perkembangan teknologi yang pesat, serta peran penting pendidikan Islam dalam membentuk karakter dan moral generasi muda di tengah kemajuan zaman yang serba cepat ini.

Salah satu topik yang dibahas adalah tentang karakteristik Generasi Z, yang saat ini menjadi kelompok dominan di dunia digital. Menurut Prof. Abdul Mujib, Generasi Z cenderung lebih emosional dan kurang memiliki kecerdasan emosional dan sosial, baik intrapersonal maupun interpersonal. Era ini dikenal dengan dominasi teknologi, seperti AI (Artificial Intelligence) dan internet, yang memungkinkan mereka untuk terhubung di seluruh dunia, namun juga membawa tantangan baru dalam hal pengembangan keterampilan emosional.

Penyampaian materi juga menyoroti bagaimana Revolusi Industri 4.0 membawa dampak besar bagi dunia pendidikan. Proses digitalisasi dalam pendidikan membuat pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan memungkinkan terjadinya pembelajaran jarak jauh tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Meskipun begitu, perubahan ini juga menimbulkan beberapa tantangan, seperti kesiapan sumber daya manusia yang belum memadai serta perlunya adaptasi dalam penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi seperti Zoom, Google Meet, dan platform digital lainnya.

Prof. Abdul Mujib juga membahas tentang era bonus demografis yang menjadi topik hangat dalam seminar ini. Pada tahun 2022, Indonesia mencatatkan 69,3% usia produktif, yang memunculkan peluang dan tantangan besar. Peluang ini terlihat dari meningkatnya kebutuhan untuk pendidikan vokasi dan kewirausahaan, terutama dalam menanggapi perkembangan dunia digital dan sektor informal. Tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana menyiapkan generasi muda untuk menghadapi kebutuhan industri yang semakin berkembang dengan keterampilan yang relevan.

Tak ketinggalan, beliau juga menyoroti transformasi yang terjadi di era AI, seperti otomatisasi dalam industri, penggunaan AI dalam big data, dan keputusan berbasis data yang semakin mendominasi berbagai sektor. Dalam konteks pendidikan Islam, beliau menekankan pentingnya adaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi ini, agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang keilmuan.

Seminar ini juga membahas beberapa topik tambahan yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Salah satunya adalah Antisipasi Dampak Multi Era, di mana narasumber menjelaskan bagaimana dampak positif, negatif, dan ancaman yang muncul akibat revolusi digital dan perubahan teknologi dapat memengaruhi pendidikan Islam. Beliau menekankan pentingnya kesiapan dalam menghadapi era baru ini agar pendidikan Islam dapat tetap relevan dan adaptif.

Salah satu teori yang dibahas adalah Teori Jam Gandul, yang menggambarkan dampak positif dan negatif dalam kehidupan. Prof. Abdul Mujib menekankan pentingnya keseimbangan antara keduanya, terutama dalam dunia pendidikan, agar tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga karakter yang seimbang.

Di sisi lain, seminar ini juga membahas isu Dehumanisasi vs. Humanisasi. Dalam hal ini, perhatian difokuskan pada bagaimana perkembangan teknologi dapat mempengaruhi interaksi sosial dan perkembangan emosi anak-anak. Narasumber menyarankan agar pendidikan tetap mengedepankan aspek humanisasi, meskipun teknologi semakin mendominasi kehidupan.

Di akhir seminar, Prof. Abdul Mujib menyentuh isu penting terkait Kebahagiaan dalam Era Disruptif. Beliau mengingatkan bahwa pendidikan yang baik tidak hanya berfokus pada kecerdasan intelektual, tetapi juga pada kebahagiaan dan kesejahteraan generasi mendatang.

Acara yang berlangsung di Aula IIQ Jakarta ini juga disiarkan melalui Zoom dan YouTube untuk memfasilitasi partisipasi lebih banyak orang. Tidak hanya peserta yang hadir secara langsung, tetapi juga mereka yang mengikuti acara secara daring, dapat merasakan manfaat dari materi yang disampaikan oleh narasumber. Kuliah umum ini berhasil memberikan pencerahan dan perspektif baru bagi para peserta, baik tentang pentingnya perubahan dalam dunia pendidikan, maupun bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memberikan solusi bagi masalah zaman sekarang. (FP)