Mualaf di Masjid Lautze diajarkan metode satu jam membaca Al Quran oleh Mahasiswa S3 IIQ

Jakarta – Para mualaf (orang yang baru masuk Islam) di Masjid Lautze, Jakarta Pusat dan pemula diajarkan metode satu jam membaca Al Quran oleh mahasiswa program doktor IIQ Jakarta Ibu Zulfi Ida Syarifah sehingga mereka bisa langsung membaca kitab suci tersebut.

“Setelah satu jam mengenal huruf dan membaca sepotong demi sepotong, mereka biasanya sudah lancar, sehingga bisa langsung baca Al Quran,” kata ibu Zulfi Ida Syarifah, yang ditemui di Jakarta, Sabtu.

Ibu Zulfi rela datang jauh-jauh dari Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, untuk mengajarkan metode tersebut kepada para mualaf dan pemula di Masjid Lautze.

Hampir 90 persen mualaf di masjid tersebut berasal dari etnis Tionghoa, namun Masjid Lautze menerima siapapun yang hendak menjadi mualaf.

“Metode satu jam membaca Al Quran ini memang cocok untuk yang ingin belajar dengan cepat mulai dari nol. Targetnya memang untuk mereka yang tidak tahu sama sekali dengan huruf Arab,” katanya.

Beliau mengajarkan Al-Quran pada bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan, serta juga memberikan beberapa materi kepada jamaah yang hadir. Beliau mengajar tiga hingga lima orang selama satu sampai dua jam.

Perempuan yang sedang mengerjakan disertasi di Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Tangerang Selatan ini juga telah menerbitkan buku “Metode Mengaji 1 Jam Bisa Membaca Al Quran Tercepat, Termudah, Terpraktis”

Beliau menambahkan, metode tersebut pada dasarnya hampir sama dengan yang lain, ada pembelajaran mengenai tajwid juga, tetapi yang membuat berbeda, setiap huruf hijaiyah itu dilatinkan.

“Saya memang suka mengajar dan menularkan ilmu tentang Al Quran. Alhamdulillah kemarin ada salah satu jamaah yang langsung lancar bacanya dan berangkat umrah,” ujar Zulfi.

Masjid Lautze merupakan masjid yang didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oei pada tahun 1991. Bangunan berupa ruko empat lantai di kompleks ruko di Jalan Lautze, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat itu memiliki gaya arsitektur khas Tionghoa, sekilas mirip sebuah kelenteng.

Masjid tersebut didirikan dengan tujuan memberikan sumbangsih kepada Indonesia dalam menjembatani etnis Tionghoa dan Pribumi agar lebih mudah berbaur. (Antara)