Salah Menafsirkan Al-Qur’an, Karena Abaikan Asbabun Nuzul

”Sekarang banyak kalangan menafsirkan Al-Qur’an, tetapi karena tidak memperhatikan Asbabun Nuzul, maka penafsirannya jadi keliru”, demikianlah secara tegas dikatakan oleh Muahemin Zen, ketika menjadi narasumber dalam diskusi dosen yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian dan Penelitian Ilimah (LPPI) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, pada Rabu, 23/12/2009.

Diskusi yang dihadiri oleh tiga puluh lebih dosen IIQ tersebut, mengangkat tema ”Urgensi Asbabun Nuzul Dalam Penafsiran Al-Qur’an”, dengan menghadirkan Dr. KH. Muhaemin Zen, sebagai narasumber, dan Nisykaromah sebagai moderator.

Dalam presentasinya, Muhaemin Zen menekankan pentingnya memperhatikan Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) dalam menafsirkan Al-Qur’an, khususnya bila ayat tersebut terkait dengan hukum, atau yang biasa disebut dengan ayat-ayat ahkam. Menurutnya, tidak semua ayat Al-Qur’an ada Asbabun Nuzulnya, melainkan hanya sepertiga saja ayat Al-Qur’an yang ada Asbabun Nuzulnya. Ini diketahui berdasarkan periwayatan hadits-hadits yang shahih dan mutawatir, katanya.

Setelah presentasi makalah narasumber, forum dilanjutkan dengan diskusi, yang dibagi dalam beberapa termin. Pada termin pertama ada beberapa pertanyaan dilontarkan peserta. Pada termin kedua ada dua pertanyaan diajukan.

Beberapa pertanyaan yang sempat terekam oleh redaksi adalah: (1) Apakah dengan adanya Asbabun Nuzul berarti turunnya ayat Al-Qur’an tergantung pada Asbabun Nuzul? (2) Bagaimana dengan Asbabun Nuzulnya ayat yang berbunyi ”Wa lan tashti’û ’anta’dilû baînan nisâ’i walaû harashtum”. Juga ada pertanyaan terkait dengan kaidah ”Al-’Ibrah bi khusushi sabab” dan kaidah sebaliknya ”Al-’Ibrah bi Umum al-Lafdz” serta penerapannya dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an

Menjawab pertanyaan pertama, narasumber menjelaskan bahwa sebaiknya kita jangan salah memahami bahwa dengan adanya Asbabun Nuzul seolah-olah Al-Qur’an itu turunnya tergantung pada ada tidaknya Asbabun Nuzul. Al-Qur’an turun untuk pertama kalinya dari Lauh Mahfudz ke langit dunia, itu secara global, semuanya. Ini seperti disimpan dalam disket atau flasdisk, lah nanti kalau dibutuhkan sesuai dengan Asbabun Nuzulnya, maka file atau ayat yang diturunkan juga yang sesuai. ”Begitula gambarannya” jelas narasumber dengan tegas.

Menjawab pertanyaan kedua, narasumber menyatakan bahwa Asbabun Nuzul ayat yang bunyinya ”Wa lan tashti’û ’anta’dilû baina nisa’i wa laû harashtum” adalah ayat yang membahas nusuz laki-laki, bukan nusuz ustri.

Menjawab pertanyaan yang terkait dengan kaidah ”Al-’Ibrah bi khusushi sabab” dan sebailknya ”Al-’Ibrah bi umum lafadz”, narasumber melemparkannya kembali kepada para peserta. Romlah Widayati, ketua LPPI IIQ, menyatakan sebaiknya pertanyaan ini menjadi kajian berikutnya. Demikianlah diskusi dosen IIQ berjalan hangat dan ilmiah. Selamat LPPI IIQ. (AM)