Strategi Efektif Menulis Siaran Pers yang Menarik dan Berdaya Tarik Tinggi

Jakarta – Dalam dunia jurnalistik dan komunikasi publik, siaran pers memiliki peran penting sebagai jembatan antara lembaga atau perusahaan dengan media. Namun, banyak siaran pers yang tidak efektif dan akhirnya tidak dimanfaatkan oleh wartawan. Kompas Institute, melalui panduan kehumasan mereka, menguraikan berbagai strategi untuk menyusun siaran pers yang menarik, informatif, dan berpeluang besar untuk diterbitkan di media massa.

Salah satu faktor utama yang menentukan efektivitas siaran pers adalah pemahaman terhadap target audiens dan media. Penyusunan siaran pers sebaiknya tidak dilakukan secara serampangan atau sekadar dikirimkan secara massal ke berbagai media tanpa penyesuaian. Pendekatan yang lebih personal dan spesifik terhadap karakteristik media akan meningkatkan kemungkinan siaran pers diterima dan dipublikasikan.

Menurut panduan dari Kompas Institute, elemen utama dalam siaran pers yang berkualitas mencakup unsur 5W1H+SW (What, When, Who, Where, Why, How + So What). Struktur ini membantu penulis untuk menjelaskan peristiwa dengan jelas dan memberikan konteks yang relevan. Selain itu, wartawan cenderung lebih tertarik pada data yang sulit diperoleh dalam liputan biasa, sehingga menyajikan fakta yang unik dan kontekstual menjadi nilai tambah.

Judul siaran pers juga menjadi elemen krusial karena merupakan titik awal yang menarik perhatian pembaca. Judul yang ringkas, jelas, dan unik akan meningkatkan kemungkinan siaran pers dibaca lebih lanjut. Sebaliknya, judul yang terlalu panjang, membingungkan, atau mengandung singkatan yang tidak perlu dapat mengurangi daya tariknya.

Selain itu, gaya bahasa dalam siaran pers harus dibuat sederhana, lugas, dan mudah dipahami. Penggunaan kalimat aktif lebih disarankan dibandingkan kalimat pasif, karena lebih langsung dan dinamis. Hindari istilah teknis yang terlalu spesifik agar informasi dapat dipahami oleh khalayak yang lebih luas.

Agar lebih menarik, siaran pers sebaiknya disertai dengan kutipan dari narasumber yang berkompeten serta data-data yang memperkuat isi berita. Tidak kalah penting, elemen visual seperti foto atau video yang relevan juga dapat menambah nilai berita, dengan catatan bahwa foto harus memiliki keterangan yang jelas.

Ketepatan waktu dalam merilis siaran pers juga menjadi faktor penting. Jika sebuah informasi kehilangan momentum, maka daya tariknya bagi media akan berkurang. Oleh karena itu, perencanaan dan eksekusi yang tepat sangat diperlukan agar pesan yang disampaikan tetap relevan dengan kondisi terkini.

Terakhir, Kompas Institute menekankan bahwa siaran pers yang terlalu sarat dengan unsur promosi cenderung kurang menarik bagi media. Sebagai alternatif, strategi newsjacking atau mengaitkan informasi perusahaan dengan peristiwa yang sedang viral dapat meningkatkan peluang publikasi.

Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, diharapkan siaran pers dapat menjadi alat komunikasi yang lebih efektif dalam menjangkau media dan masyarakat luas. (FP)