Inaugurasi, Simbol Menjadi Mahasiswa
TANGERANG, – INAUGURASI MASTAMA IIQ (06/10). Belum sah menjadi mahasiswa rasanya bila belum melakoni sesi inaugurasi; dimana predikat calon mahasiswa (Camai) dicabut, kemudian berganti status menjadi mahasiswa sah IIQ. Para Camai dinobatkan menjadi mahasiswa lengkap dengan atribut khas ala inaugurasi yang aksesorinya berasal dari tangan kreatif para Camai sendiri. Hal ini tentu menjadi momen yang penting dan bersejarah bagi para Camai karena ritual ini hanya akan dirasakan sekali seumur hidup. Dan, akting yang dipertunjukkan para kakak panitia akan segera berakhir. Segala persyaratan yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai Camai juga segera berakhir.
Panitia menyusun acara sedemikian rupa demi menghadirkan kemampuan terbaik mereka di penghujung amanah yang mereka emban selama beberapa bulan terakhir. Praacara dibuka dengan marawis yang disuguhkan oleh LSBM IIQ. Dilanjutkan dengan kor dan himne dari Camai.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Anisaul Maliha, dengan sari tilawah oleh Rafida; sambutan ketua panitia oleh Ulfatul Maghfurah; sambutan Presma BEMI oleh Asthy Fathimah Hamdiyah, dan disusul dengan sambutan serta pengukuhan yang dipimpin oleh Purek III Bag. Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah. Dalam sambutannya, beliau berkata, “Betapa kreatifnya panitia Mastama, serta cantiknya Camai saat Inaugurasi malam ini. Semua Camai punya harapan lebih baik dan berpotensi ke depannya. Janganlah kalian terlena dan silau dengan lampu yang dekat dengan kalian. Yang menentukan keberhasilan adalah diri kalian sendiri.”
Wanita adalah pencipta surga. Maka dari itu, ciptakanlah surga di IIQ. Ciptakanlah keindahan, kebersihan, kedamaian, dan ketenangan yang menjadi ciri-ciri surga.”
“Tujuan Mastama adalah membangun toleransi, siapapun Anda di sini, jangan Anda samakan dengan suasana di rumah. Karena di sini kita semua sama dan setara,” tambah Ibu Ummi.
Sebelum acara penutup dan doa oleh Dr. Hj. Ummi Khusnul Khotimah, M.A., pengumuman yang dinantikan oleh para Camai adalah pembacaan kelulusan para Camai karena sertifikat Mastama adalah syarat bagi para mahasiswa untuk dapat diwisuda. Para Camai yang tidak lulus harus melengkapi persyaratan yang kurang agar mendapatkan sertifikat Mastama.
Inaugurasi mahasiswa IIQ identik dengan beberapa hal yang menjadi bumbu wajib pada setiap pergelarannya. Selain kreasi para Camai dalam merancang busana yang telah dipatok panitia dan surprise part performance dari panitia serta Camai, hal lain yang selalu membuat penasaran adalah pengumuman Camai dan panitia “TER”: Terbiang kerok, Terlelet, Terkreatif, dan lain sebagainya.
Berikut informasi Camai dan panitia Mastama “TER” yang berhasil dihimpun tim redaksi KABAR IIQ yang sengaja dicetak dan disebar tepat pada saat pelaksanaan inaugurasi: Camai “TER”: (1) Terbiangkerok: Alfina Zakiyah; (2) Ter-SKSD: Tati Hafidzotur Rofingah; (3) Terlelet: Nancy; (4) Teraktif: Tsalatsatun Ni’mah; (5) Terbelagu: Nur Milah Muthaharah; (6) Terdisiplin: Rafida S.; (7) Terkreatif: Dewi Aruman; (8) Teraneh: Lina Khulyatul Jannah; (9) Kelompok teraktif: kelompok 4; (10) Termanja: Dedeh M.
Bila para panitia Mastama memungut suara untuk beberapa nominasi Camai “TER”, para Camai pun tak ketinggalan untuk menyeruakkan suara mereka melalui jalan demokrasi untuk mendapatkan nama-nama kategori Kakak Terbijaksana, Kakak Terlincah, Kakak Best of The Best dan lain sebagainya. Berikut list lengkapnya: (1) Kakak Terbijaksana: Kak Ummi Tanzila; (2) Kakak Terbawel dan Tercentil: Kak Agustina Choirunnisa’; (3) Kakak Terlincah: Kak Zakiah Rozaq; (4) Kakak Terdiam: Kak Nur Atiqoh; (5) Kakak Superhero: Kak Halimatussa’diah; (6) Kakak Terfavorit: Kak Fauziah Uswanas; (7) Best of The Best: Kak Fatimatuzzahro. Selanjutnya pemberian apresiasi atas kerja keras ketua MASTAMA, yakni Kak Ulfatul Maghfurah.
Dari acara inti inaugurasi, kakak-kakak panitia menghadirkan dua penampilan terbaik mereka. Sebuah parody iklan yang akan diwakili oleh Organizing Committee (OC) dan sebuah drama musikal dari SUJU (Semester Tujuh). Drama musikal tentang seorang putri dari kerajaan Subur Makmur, negeri bergenetik kaum berbangsa gemuk dan subur, yang mencari jodoh melalui sayembara yang diadakan Raja dan Ratu. Dan, ternyata tiga pangeran yang menjadi kandidat terbaik adalah pangeran bertubuh ceking dan kurus. Salah satu dari merekalah yang akan menjadi suami dari Sang Putri Subur Makmur.
Selain para panitia yang akan berunjuk kebolehan, para Camai pun tak mau ketinggalan. Berbagai kreatifitas mereka tampilkan di atas panggung pementasan. Seperti grup shalawat diiringi dengan banjari, drama kolosal, wayang orang, theatrical poetry, serta arabic dance.
Drama kolosal dari Camai mengisahkan tentang Mashithoh yang memperjuangkan akidahnya di tengah-tengah zaman Fir’aun yang lalim dan menganggap dirinya sebagai Tuhan yang memaksa semua orang menyembah dirinya.
Theatrical Poetry adalah salah satu penampilan Camai yang menampilkan puisi peraga yang bercerita tentang penguasa lalim yang menginjak rakyat jelata hingga suatu saat dalam perjalanannya, ia terpanggil hatinya untuk meminta maaf kepada rakyatnya yang telah terzalimi. Disajikan oleh enam Camai. Menurut jendril sekaligus ketua Camai, Zakiyah Nurul, meski banyak suka duka yang dialami para Camai dalam menampilkan performa yang telah direncanakan, seperti susahnya mencari figuran dan perasaan malu, namun mereka berhasil memberikan yang terbaik yang mereka miliki.
Acara diakhiri dengan penampilan Arabic Dance yang berkisah tentang Cleopatra. Arabic Dance ditampilkan untuk memeriahkan suasana agar tidak monoton. Memberikan warna kemeriahan di sela kebosanan. Meskipun para Camai merasa terkendala ketika mencari pemain. Namun, dengan latihan yang serius, penampilan mereka malam ini begitu memukau.
Masa peralihan telah ditandai dengan hadirnya inaugurasi. Tentu harapan besar dari kakak panitia adalah kesiapan mental para mahasiswi baru IIQ untuk berjalan ke depan, bukan lagi sebagai siswi, namun maha dari siswi. Mastama adalah ladang unjuk kebolehan dan kreatifitas awal yang baru akan dimulai di IIQ. Saat mereka tidak lagi menjadi calon mahasiswi, namun sebagai mahasiswi. (Khusna Farida).— bersama Neng ChusNa dan 2 lainnya
/* Style Definitions */ mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
sumber: Kabar IIQ